Tuesday, November 18, 2014

Schmitt Trigger dengan Transistor BC 547

I. Pendahuluan
    Misalkan suatu alat elektronika akan bekerja (hidup) jika sinyal masukan lebih besar dari x volt dan akan mati bila sinyal masukan lebih kecil dari x volt. Akan tetapi, dalam praktek, suatu sinyal listrik selalu berubah-ubah (naik turun), meskipun kecil, yang disebabkan oleh pengaruh luar. Bila sinyal yang demikian adalah sinyal masukan dengan besar x volt untuk alat tersebut di atas, alat tersebut akan hidup-mati terus menerus (berosilasi). Untuk pencegahan, sinyal tersebut dimasukkan lebih dahulu ke rangkaian pemicu Schmitt, baru kemudian dimasukkan ke alat tersebut. Cara ini akan lebih jelas setelah dilakukan percobaan.

II. Langkah Kerja
1. Sifat Masukan dan Keluaran Pemicu Schmitt
a. Siapkan papan plug-in/projectboard, catu-daya tegangan utama, dua buah penghambat 4k7Ω, 5 buah penghambat dengan nilai masing-masing 100Ω, 390Ω, 1k5Ω, 2k2Ω, 3k3Ω, potensiometer 1kΩ, dua buah transistor BC 547, dan multimeter digital.
b. Dengan keadaan catu-daya tegangan utama mati, susunlah rangkaian seperti Gambar 4.1!
Gambar 4.1
c. Atur potensiometer agar nilai VA = 0V. Kemudian naikkan tegangannya sedikit demi sedikit dengan memutar potensiometer sampai mencapai 5V. Catat hasilnya pada Tabel 4.1
Tabel 4.1

2. Kurva Histerisis
a. Siapkan osiloskop.
b. Gunakan rangkaian yang sama dengan Gambar 4.1.
c. Matikan catu-daya tegangan utama.
d. Putuskan titik A pada potensiometer.
e. Hubungkan titik A rangkaian pemicu Schmitt ke generator sinyal dan ke osiloskop Ch. 1.
f. Atur generator sinyal agar menghasilkan sinyal gelombang segitiga dengan puncak 5V dan offset 2.5V. Frekuensi 100Hz.
g. Hubungkan Ch. 2 osiloskop ke keluaran Schmitt trigger.
h. Atur osiloskop sedemikian hingga Ch. 1 menjadi sumbu X dan Ch. 2 menjadi sumbu Y. Pembacaan Ch. 1 pada 0. 5 V/DIV dan Ch. 2 pada 1 V/DIV. Basis waktu (Time base) 0.5 ms/DIV
i. Hidupkan generator sinyal dan catu-daya tegangan utama.
j. Amati tampilan osiloskop dan sket hasilnya. Kurva tersebut adalah kurva histerisis. Lebar garis vertikal tersebut adalah lebar histerisis.

III. Kesimpulan
1. Suatu rangkaian pemicu Schmitt memiliki lebar histerisis pada daerah histerisisnya.
2. Bila suatu sinyal masukan berubah-ubah tidak melebihi besar lebar histerisis pada daerah histerisis, sinyal itu tidak akan mengubah nilai tegangan keluarannya.
3. Pemicu Schmitt dapat dikatakan sebagai rangkaian peredam noise yang besarnya tidak melebihi lebar histerisis.

1 comment:

PERANCANGAN DAN SIMULASI RANGKAIAN PADA SOFTWARE ADVANCED DESIGN SYSTEM (ADS) 2014

Logo ADS2014 dari Agilent Technologies    Advanced Design System  (ADS) 2014 merupakan perangkat lunak  yang digunakan untuk pemode...